JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) optimistis menghadapi tahun 2025 dengan target kinerja yang agresif namun realistis. Anak usaha Pertamina ini menegaskan komitmennya memperkuat posisi sebagai pemimpin di sektor energi panas bumi melalui efisiensi operasional dan ekspansi kapasitas pembangkit.
Manajemen PGEO menyampaikan proyeksi kinerja tahun depan akan tetap tumbuh positif, dengan pendapatan diperkirakan mencapai US$424 juta hingga US$426 juta. Capaian tersebut didorong oleh peningkatan produksi energi dan beroperasinya Lumut Balai Unit 2, yang menjadi tambahan penting dalam portofolio produksi perusahaan.
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) optimistis menghadapi tahun 2025 dengan target kinerja yang agresif namun realistis
Dalam paparan publik, manajemen PGEO memproyeksikan total produksi energi sebesar 4.978 GWh sepanjang 2025. Pencapaian ini ditopang oleh performa stabil dari unit pembangkit eksisting serta tambahan kapasitas baru yang siap beroperasi penuh.
“Potensi pendapatan perseroan diperkirakan berada di kisaran US$424–426 juta, dengan EBITDA margin sekitar 78–80% dan net profit margin 33–35%,” jelas manajemen PGEO .
Perseroan juga menegaskan bahwa strategi operasionalnya berfokus pada efisiensi biaya dan peningkatan kinerja aset. Dengan margin laba yang konsisten tinggi, PGEO menunjukkan ketahanan bisnis di tengah fluktuasi harga energi global.
Proyeksi 2026: Momentum Stabilisasi dan Peningkatan Produksi
Memasuki 2026, PGEO memproyeksikan kinerja yang lebih kuat dengan pertumbuhan produksi sekitar 2,5% menjadi 5.103 GWh. Peningkatan kapasitas ini diharapkan dapat mendorong potensi pendapatan mencapai sekitar US$450 juta, termasuk kontribusi dari produksi gabungan antara own operation dan Joint Operation Contract (JOC).
“Perseroan akan menjaga EBITDA margin tetap di kisaran 78–80% dan net profit margin pada 33–35%,” tulis manajemen dalam proyeksi tahun depan. PGEO bertekad mempertahankan stabilitas kinerja dengan disiplin investasi dan strategi ekspansi terukur.
Upaya menjaga margin di tengah peningkatan biaya operasional menunjukkan kemampuan PGEO mengelola portofolio bisnis secara efektif. Hal ini memperkuat posisi perusahaan sebagai salah satu pemain energi hijau paling efisien di Asia Tenggara.
Kinerja Kuartal III/2025: Pendapatan Naik, Namun Laba Bersih Terkoreksi
Sebelumnya, PGEO telah merilis laporan keuangan hingga kuartal III/2025. Perusahaan mencatat laba bersih US$104,27 juta atau sekitar Rp1,73 triliun (asumsi kurs Rp16.602 per dolar AS), turun 22,17% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$133,99 juta atau Rp2,22 triliun.
Meski laba menurun, pendapatan perusahaan justru naik 4,19% yoy menjadi US$318,86 juta dibandingkan US$306,02 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini menunjukkan kemampuan PGEO mempertahankan pertumbuhan di tengah kondisi ekonomi global yang dinamis.
Namun, beban pokok pendapatan dan biaya langsung meningkat lebih tinggi yakni 16,83% yoy menjadi US$140,21 juta, dibandingkan US$120,01 juta pada kuartal III/2024. Kondisi tersebut membuat laba bruto turun 3,95% yoy menjadi US$178,64 juta, mencerminkan adanya tekanan pada sisi efisiensi operasional.
Beban Administrasi dan Rugi Selisih Kurs Pengaruhi Laba
Selain beban produksi, PGEO juga mencatat peningkatan beban umum dan administrasi yang naik dari US$15,02 juta menjadi US$21,16 juta. Pembengkakan ini sebagian disebabkan oleh penyesuaian biaya tenaga kerja dan peningkatan pengeluaran untuk pengembangan proyek baru.
Perseroan juga mencatat rugi selisih kurs sebesar US$10,22 juta, berbanding terbalik dengan laba selisih kurs US$13,05 juta yang diperoleh pada kuartal III/2024. Fluktuasi nilai tukar menjadi salah satu faktor eksternal yang menekan kinerja keuangan perusahaan.
Meski demikian, PGEO tetap menunjukkan likuiditas yang solid dan posisi neraca keuangan yang sehat. Hal ini mencerminkan kemampuan perusahaan menjaga arus kas di tengah dinamika pasar global yang tidak menentu.
Kontribusi Terbesar Datang dari PLTP Kamojang dan Ulubelu
Dari sisi pendapatan, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang masih menjadi penyumbang utama dengan kontribusi US$116,03 juta per kuartal III/2025. Disusul oleh PLTP Ulubelu dengan US$91,34 juta, Lahendong US$62,38 juta, Lumut Balai US$40,93 juta, dan Karaha US$7,72 juta.
Pencapaian ini memperlihatkan kinerja yang merata di berbagai wilayah operasional PGEO. Dengan distribusi sumber energi yang luas, perusahaan memiliki keunggulan kompetitif dalam menjaga pasokan listrik panas bumi secara berkelanjutan.
PGEO terus memperkuat sistem pengelolaan proyek agar setiap unit pembangkit mampu beroperasi dengan efisiensi tinggi. Perusahaan juga fokus meningkatkan kinerja aset melalui digitalisasi pemeliharaan dan monitoring real-time untuk meminimalkan downtime.
Aset dan Struktur Keuangan Tetap Kuat di Tengah Tekanan Pasar
Dari sisi neraca, PGEO membukukan total aset sebesar US$2,96 miliar dan liabilitas US$957,39 juta per kuartal III/2025. Dengan ekuitas mencapai US$2 miliar, perusahaan menunjukkan struktur keuangan yang solid dan ruang cukup luas untuk pembiayaan ekspansi jangka panjang.
Kas dan setara kas akhir periode tercatat US$628,12 juta, turun dibandingkan US$657,64 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini terutama dipengaruhi oleh investasi berkelanjutan pada proyek-proyek energi panas bumi baru.
Meski arus kas turun, manajemen menegaskan bahwa dana tersebut dialokasikan untuk proyek strategis yang akan menopang pertumbuhan jangka panjang. Dengan rasio utang yang terkendali, PGEO memiliki kapasitas finansial yang kuat untuk menjaga keberlanjutan ekspansi.
PGEO Mantapkan Langkah Menuju Energi Bersih Nasional
Sebagai bagian dari ekosistem energi Pertamina, PGEO berperan penting dalam mendukung transisi energi nasional menuju energi terbarukan. Perusahaan menargetkan kapasitas energi panas bumi mencapai 1,8 GW pada tahun 2033, sejalan dengan visi pemerintah memperkuat bauran energi hijau.
Strategi PGEO difokuskan pada pengembangan sumber daya panas bumi baru serta peningkatan efisiensi unit eksisting. Dengan pendekatan operasional yang adaptif dan dukungan teknologi tinggi, perusahaan yakin dapat memperkuat kontribusinya terhadap ketahanan energi nasional.
Ke depan, PGEO berkomitmen menjadi pelopor industri panas bumi di kawasan Asia Tenggara. Melalui ekspansi kapasitas, efisiensi produksi, dan komitmen terhadap keberlanjutan, perusahaan menegaskan tekadnya untuk menjadi simbol transformasi energi hijau Indonesia.